Freitag, Juli 02, 2004

batulicin, batubara dan PERJALANAN

Minggu terakhir libur, dapat tugas baru dari rumah sakit. Jaga UGD yang masih tersisa 3 shift terpaksa dialihkan ke rekan yang lain. Saya harus berangkat ke Batulicin, sebuah kota kecil di Kalimantan Selatan, yang juga belum pernah saya jejaki. Bahkan belum pernah terpetakan dalam benak. Hanya kata orang, dari Balikpapan bisa tembus lewat darat 8 jam perjalanan mobil ngebut.
Tapi saya bukan naik mobil kesana. Sebuah pesawat cassa 212 milik Airfast berkapasitas 24 penumpang sudah dipesankan. Pesawat yang kecil. Tinggal naik dan berangkat. Saya hanya merasa lucu saat boarding, setiap penumpang mesti ditimbang sekalian dengan bagasinya. Pun saat sumbat telinga (ear plug) dibagikan sebagai bekal. Katanya sih bising pesawat melewati ambang batas yang aman buat telinga. Pagi itu seluruh seat pesawat terisi. Semua penumpangnya pekerja tambang.
Sejam kurang lebih, airfast akhirnya mendarat di bandara perintis Stagen, Kotabaru. Masih 3 jam menuju Batulicin lewat darat dan laut. Dijemput mobil perusahaan melintas hutan lebat Kalimantan, melalui dusun yang sederhana, jalan tanah tak beraspal hingga menyeberang laut dengan ferry. Sungguh mengasyikkan meski juga melelahkan. Namun perjalanan belum selesai.

Lokasi tambang dari pusat kota Batulicin masih 50 kilo lagi. Keluar batas kota dan masuk menuju perut bukit yang dikeruk. Tebalnya debu dari jalan tanah bikin pandangan tak tembus leluasa melihat jalan. Apalagi puluhan tronton pengangkut batubara lewat berselisih maupun yang searah menggetarkan jalan dan mengangkat debu. Huhhhh.. rasa pusing, perut yang mual bagai dikocok, badan babak belur terbanting kanan kiri. Ampuunnnnn..

2 Jam berikut perjalanan berakhir di mess pekerja. Namun tambang belum juga kelihatan. Dari mess ke tambang ATA masih 9 kilometer lagi. Tanggung, sekalian saya minta Pak Arsyad, pak sopir, meluncur kesana. Sekalian perkenalan dengan orang-orang tambang dan liat klinik. Ada tugas baru menanti disana, tidak lama, hanya lima hari menjaga klinik di tambang batubara milik Cipta Kridatama-Arutmin Indonesia. Waktu yang singkat.

Tugas di pertambangan batubara merupakan hal baru bagi saya. Melihat dump truck lalu lalang, mobil raksasa mengeruk bukit, pekerja yang meluruk ke ceruk gunung. Bahkan melihat batubaranya pun baru kali ini.
Alhamdulillah, Puji Tuhan memberi saya kesempatan melihat sepintas betapa kayanya negeri ini. Tragis dengan banyaknya utang negara, tentang banyaknya penduduk yang miskin. Bahkan penduduk sekitar tambang, tempat kekayaan dikeruk, yang hidup dengan segala kesederhanaannya.

bolaritasi@pertamedika-OILCITY

Keine Kommentare: