Saya yang baru niat mendaftar jadi karyawan, pengen dapat SIM dan KTP saja mesti melampirkan surat keterangan sehat apatah lagi nafsu jadi pejabat. Presiden dan wakil presiden lagi. Harus kudu lebih lengkap dan teliti lagi itu.
Kalo sehat jasmani apalagi rohani, kan paling tidak bisa mikir panjang kalo mau nyolong uang rakyat atawa jual aset negara. Syukur-syukur kalo bisa sedih liat rakyat lapar, nangis liat rakyatnya bodoh lantaran tidak bisa sekolah, lantas tidak tuli alias bisa dengar kalo rakyatnya menjerit.
Lantas kalau indra 'perasa' nya normal, indra lainnya kan bisa tergerak mencari solusi. Intinya bisalah memberdayakan rakyat dan bukan memperdayakan.
Saya pernah baca sentilan Hendrawan Nadesul tentang ini, 'Untuk menjadi tukang cukur, mungkin tidak diperlukan surat sehat. Tukang cukur boleh sedikit tuli, asal lincah memegang gunting. Orang patek tidak dilarang jadi kusir. Tetapi, bila pelupa, bolehkah jadi presiden?
Ihwal surat sehat, bakal sopir pun perlu mengurusnya. Bahwa ada sopir yang sudah punya SIM terserang ayan, buta warna dan salah membaca warna rambu lalu lintas, atau belakangan presiden diketahui doyan segala, tentu bukan lantaran salah bunda mengandung.
Anggota legislatif, yang waktu sidang lekas mengantuk, tentu sudah patuh menyerahkan surat sehat. Bahwa ada anggota legislatif yang baru diangkat sebulan sudah stroke, itu sudah lama bikin rakyat cedera.

Selengkapnya baca ini deh..
Hidup Indonesia. Jayalah Bangsaku..
bolaritasi@pertamedika-OILCITY
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen