Mittwoch, Februar 18, 2004

Bencana oh BENCANA

gempaADA apa dengan negeri ini? Negeri yang indah nan kaya. Namun kenapa bala begitu kerap menimpanya.

Alam menunjukkan kemarahan. Dan Tuhan memperlihatkan sedikit kekuasaannya. Mungkin hanya ingin menjewer. Bukan menghukum.

Bayangkanlah. Gempa memporakporandakan Padang dan Nabire, banjir menggenangi jalur pantura, Jawa Barat dan Jakarta, tanah longsor menerjang Jawa Tengah, kebakaran hebat di Medan dan Gresik , demam berdarah merajalela, flu burung dan entah apa lagi.

Atau ini karma akan lakon buruk yang dipentaskan penghuni negeri ini. Pembunuhan legal-ilegal di Aceh dan Poso, para pendosa yang diagungkan, pemberi ingat disingkirkan, malin kundang dimana-mana, bom atas nama perjuangan suci, maksiat ditonjolkan atas nama kebebasan hak azasi, kurang apalagi?. Persetan dengan moral!. Sungguh uedan tenan. Oh, negeriku yang sakit jiwa kronis.

Inilah jaman chaos, jaman serba terbalik. Yang edan melihat yang waras itu edan, dan yang waras (sebagian) akhirnya ikut edan biar disebut waras. Kacau, kacau. Ampuni Tuhan.

Kita perlu pertobatan massal juga. Bukan semata seremoni dan unjuk jumlah di lapangan. Tapi menyusup hingga tulang sumsum dan setiap sel tubuh kita. Mengejawantah dalam gaya dan aksi kita.

Tuhan mungkin hanya menjewer, menjewer dan menjewer kita yang bandel. Menunggu hingga sibandel tetap jua setia membatu lalu Tuhan mengganti tanah, kehidupan dan generasi yang baru. Fresh from the oven.Yang lebih bisa bersyukur dan berperan sebagai khalifah sebenarnya. Namun mulanya memusnahkan semuanya. Collateral damage, kata Arnold Scwharzenegger. Seperti kisah-kisah dalam kitab suci. Ih, ngeri. Ampuni kami sekali lagi, Tuhan.

Terngiang Ebiet merintih di telingaku, sayup-sayup.
---Mungkin Tuhan mulai bosan
melihat tingkah kita
yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang
.
hu.. hu.. hu..


bolaritasi'@pertamedika-OILCITY

Keine Kommentare: