Freitag, Februar 13, 2004

untung aku bukan BULE

BIASANYA aku tidak cukup pede kalau ketemu bule di lokasi. Bukan soal beda bahasa atau gaya, tapi soal postur fisik.

Aku hanyalah seorang lelaki Indonesia berpostur rata-rata, tidak lebih 165 cm tinggi dan berat 65 kg dalam keadaan bugil. Bandingkan bila berpapasan dengan bule yang berpostur sekitar dua meteran dan bobot 100-an kg di lorong koridor yang lebarnya cuma semeter!. Aku terpaksa miring dan mepet di dinding, kalau tidak mau ketabrak gajah. Belum kalau diajak ngomong sambil berdiri, seperempat jam aja, sakit leher tengadahnya bisa dua hari. He..he..he.

Tapi kemarin waktu naik boat poksay, 5 jam perjalanan membuatku sangat beruntung punya tubuh rata-rata (rata-rata kecil maksudnya). Poksay, boat yang mengantar kami datang dan pergi dari rig Ocean Baroness, tidak dirancang untuk perjalanan panjang. Tidak ada kamar tidur untuk penumpang, hanya ada kursi yang bisa diatur dengan kemiringan terbatas (reclining seat) tapi tidak bisa mendatar 180 derajat dan sedikit ruang antara kursi depan-belakang. Layaknya kursi di pesawat udara. Tidur pun hanya berselonjor.

Beruntunglah aku, postur tubuh kecil dan tubuh sehat tanpa sakit tulang menyadarkanku akan keadilan ALLAH. Alhamdulillah. Aku bisa pulas dengan gaya apapun. Berselonjor, angkat kaki atau meringkuk seperti kucing. Apapun, kecuali tengkurap tentu.

Tapi tidak dengan Trevor dan sebangsanya. Aku melihatnya bolak-balik, lipat sana lipat sini, tekuk sana tekuk sini, miring sana miring sini hanya agar bisa merasa sedikit enak. Dan ini perjalanan 5 jam cappo. Bukan waktu yang pendek untuk tersiksa. Moga-moga saja mereka tidak mengidap rematik kronik. Bisa tambah parah itu. :P

Untung aku bukan bule itu, kataku dalam hati. Dan perlahan semuanya tidak terasa lagi. Aku pun melayang ke alam mimpi.


bolaritasi'@pertamedika-OILCITY

Keine Kommentare: