Freitag, Januar 23, 2004

12 girls band: kicauan phoenix TIRAI BAMBU

seanggun model sepiawai musisiJARUM jam sudah menunjuk angka 12 untuk kedua kali. Namun mata masih juga ngajak melek. Kuraih remote TV, pencet-pencet, hingga berhenti pada titel acara Xin Cia bersama 12 girls band. Acara musik special imlek dari Indosiar.

12 gadis ayu bermusik, lihai memadu nada dari lima alat musik tradisional China; erhu, pipa, seruling, sitar China, dan harpa China ditambah flute. Yang terakhir tentu bukan alat musik asli China. Lagu Symphoni no-40-nya Mozart yang mengalun bening, lagu jazz Five Beats yang menghanyutkan, hingga Victroy-nya Bond yang menghentak ritmik terhidang memukau dengan rasa China yang kuat. Menikmatinya serasa ada di kowloon. Angan terlempar hingga di mana, pada suatu tempat di pelosok negeri tirai bambu, entah jaman dinasti siapa.

12 girls band namanya. Dibentuk dengan obsesi kuat oleh Wang Xiaojing pada 5 Oktober 2001. Obsesi untuk menerobos dominasi musik barat dengan irama musik China kontemporer; 12 pelajar terseleksi dari Central Conservatory of Music pun direkrut. Merekalah; Jiang Jin, Yin Yan, Zhan Li Jun, Lei Ying, Sun Ting, Zhang Shuang, Zhong Bao, Zhang Kun, Liao Bin Qu, Sun Yuan, Ma Jing Jing, Yang Song Mei dan Zhou Jian (bisa hapal gak?) yang menjadi ruh band orkestra mini ini.

Memainkan partitur musik modern; jazz, klasik, pop, rock bahkan hip hop yang diramu cerdas dengan sentuhan bunyi-bunyian tradisional China. Hasilnya rasa yang eksotik.

Paling tidak, penampilan para pendekar Xiaojing yang turun gunung di Shenzheng Grand Theater, memukau ratusan ribu penontonnya. Uji coba di kandang yang berhasil, membuat Xiaojing berniat menjajal ke luar. Dan Jepang menjadi pilihan.

September 2003, Ebizu Garden Hall pun bagai rengkah meredam tepuk tangan meriah menutup pertunjukan para gadis ini. Bukti kehebatannya, album pertama mereka, Miracle, yang dirilis juli 2003 terjual 1,5 juta kopi di negera matahari terbit itu. Sebuah sukses yang memang miracle, yang tidak pernah dicapai pemusik RRC manapun. China Daily menyanjungnya bersenandung bagai phoenix, menggebrak bagai naga dan memuja para gadisnya berpenampilan seanggun model namun bermain sepiawai musisi.

Di tahun 2004, tiket go internasional sudah digengaman. Konser akhir tahun di negara matador, Spanyol sudah dijabani. Perusahaan Coca Cola pun akhirnya kepincut dengan menjadikan band selusin gadis ini jadi maskot produk di negerinya Wen Jiabao itu. Dan pada paruh kedua tahun 2004 ini, 12 girl band akan merambah mega studio rekaman di Amerika. Tinggal tunggu waktu. Dan senandung phoenix akan menghias etalase toko kaset seantero dunia. Bahkan nadanya menyusup hingga ke relung-relung rumah kita. Mungkin.


bolaritasi'@pertamedika-OILCITY

Keine Kommentare: