Samstag, Januar 10, 2004

musik pagi ASYIK

CERAH pagi hari sabtu. Tak banyak kerjaan dalam agenda. Hanya nunggu pasien di klinik dan nulis buat ngisi blog di komputer.
Jam 7 kurang lebih. Kelar nonton berita TV nasional yang isinya koruptor everyday, terus beranjak ke kantin untuk sarapan. Menunya kali ini soto telur (?). Di daftar menu sih tertulis soto ayam, tapi irisan telurnya jauh lebih banyak dari suwiran ayamnya hingga lebih kena kalau disebut soto telur. Kenyang. Baru ke klinik.

Dari komputer, sambil mempersiapkan coretan, nge-klik winamp dan musik pun mengalun. Musik yang beda. Kompilasi irama klasik sealbum menyelusup ke telinga. Dari Wolfgang Amedeus Mozart, Richard Wagner hingga Johann Strauss. Dari Sympony no 40 in G Major, Bridal Chorus from Lohengrin hingga Radetzky March Mencoba mencerna kompleksitas arransement musik klasik yang dominan instrumentalia. Mencoba menikmati alunan iramanya yang kadang lirih mendayu, kadang keras menghentak dalam tempo cepat Ya, Sesekali sekadar pencerahan.

Membayangkan duduk di balkon gedung opera. Memakai pakaian kebesaran seorang baron, kacamata bertongkat, segelas sampanye dan didampingi seorang baroness yang anggun sambil melihat konduktor ‘menari’. Sesekali bertepuk tangan begitu satu persembahan usai. Wow, serasa di abad 17. Abad renaissance. Nikmatnya terasa meski hanya ditoast dengan segelas teh hangat. Bukan wine atau sampanye.

Biasanya imajinasi ini tidak lama. Agak siangan dikit atau malah kelar coretan ini, panggung pun berubah. Orkestra pun dipersilahkan undur diri. Irama tabla, atau kita lebih kenal dangdut, mau masuk dengan suling bambu dan gendang kulit lembu. Mempersembahkan Goyang Dombret yang dinamis. Menarik pinggul untuk dihentakkan ke kiri-kanan, depan-belakang atau malah mutar seperti Inul. Sambil tangan terangkat dan mata boleh sedikit terpejam. Ah….syik.

Baron boleh minggat dengan baroness. Bukan karena tidak suka mungkin (karena kaki dan kepalanya ternyata ikut manggut-manggut), tapi sedikit soal rasa tidak level dan jaim. Jaga imej.He..he..he… Namun musik tabla tetap menghentak. Mengajak berajojing bersama Mbah Dukun dan Putri Panggung sambil mendendangkan janji, “Makin banyak sawerannya, makin asyik goyangannya!” Serrr.

Keine Kommentare: